Apakah ada dalilnya, sujud syukur harus didahului sujud tilawah?
Jawaban:
Tidak ada, sebab sujud syukur itu disebabkan karena kedatangan nikmat yang tiba-tiba atau tertolaknya sesuatu bencana dan tidak boleh dilakukan pada waktu sedang salat, karena sujud syukur itu tidak termasuk rangkaian salat. Sedang sujud tilawah adalah disebabkan karena membaca ayat-ayat sajdah, baik di luar salat maupun sedang dalam keadaan salat dengan berdiri.
Dasar pengambilan:
Kitab Nihayatuz Zain halaman 81:
(فَرْعٌ) تُسَنُّ سَجْدَةُ التِّلاَوَةِ لِمَنْ قَرَأَ آيَةَ سَجْدَةٍ قِرَاءَةً مَشْرُوعَةً مَقْصُودَةً أو سَمِعَهَا, وَيُتَأكَّدُ السُجُودُ لِلسَّامِعِ سُجُودَ القَارئِ. وَالمُرَادُ بِالمَشْرُوعِ أنْ لاَ تَكُونَ مُحَرَّمَةً وَلاَ مَكْرُوهَةً لِذَاتِهَا وَخَرَجَ غَيْرُ المَقْصُدَةِ كَقِراءَةِ النَائِمِ وَالسَّاهِى وَالسَّكْرَانِ وَالطُّيُورِ وَنَحْوِهَا, وَبِالمَشْرُوعِ غَيْرُهَا كَقِرَاءَةِ البَالِغِ المُسْلِمِ الجُنُبِ وَكَقِراءَةِ المُصَلِّى فِى غَيْرِ القِيَامِ.
Kitab Nihayatuz Zain halaman 81:
(فَرْعٌ) تُسَنُّ سَجْدَةُ التِّلاَوَةِ لِمَنْ قَرَأَ آيَةَ سَجْدَةٍ قِرَاءَةً مَشْرُوعَةً مَقْصُودَةً أو سَمِعَهَا, وَيُتَأكَّدُ السُجُودُ لِلسَّامِعِ سُجُودَ القَارئِ. وَالمُرَادُ بِالمَشْرُوعِ أنْ لاَ تَكُونَ مُحَرَّمَةً وَلاَ مَكْرُوهَةً لِذَاتِهَا وَخَرَجَ غَيْرُ المَقْصُدَةِ كَقِراءَةِ النَائِمِ وَالسَّاهِى وَالسَّكْرَانِ وَالطُّيُورِ وَنَحْوِهَا, وَبِالمَشْرُوعِ غَيْرُهَا كَقِرَاءَةِ البَالِغِ المُسْلِمِ الجُنُبِ وَكَقِراءَةِ المُصَلِّى فِى غَيْرِ القِيَامِ.
Artinya: (cabang) Disunahkan sujud tilawah bagi orang yang membaca ayat sajadah dengan bacaan yang disyariatkan dan disengaja, atau bagi orang yang mendengarnya. Sujud tilawah itu disunahkan dengan sunat muakkad bagi orang yang mendengarkan ayat tersebut seperti sujud dari orang yang membacanya. Yang dimaksud dengan bacaan yang disyariatkan adalah bacaan yang tidak diharamkan dan tidak pula dimakruhkan bagi bacaan itu sendiri. Dan tidak termasuk bacaan yang tidak disengaja, seperti bacaan orang yang tidur, orang yang lupa, orang yang mabuk, burung, dan lain-lainnya. Dan tidak termasuk bacaan yang disyariatkan adalah bacaan lainnya sebagaimana bacaan orang yang sudah baligh yang muslim dalam keadaan junub, dan seperti bacaan orang yang salat dalam keadaan tidak berdiri.
Kitab Fathul Wahhab juz 1 halaman 56:
وَسَجْدَةُ الشُكْرِ لاَتَدْخُلُ صَلاَةً. وَتُسَنُّ لِهُجُومِ نِعْمَةٍ كَحُدُوثِ وَلَدٍ او مَالٍ لِلإِتِّبَاعِ. رَوَاهُ أبُو دَاوُدَ وَغَيْرُهُ. بِخِلاَفِ النِعَمِ المُسْتَمِرَّةِ كَالعَافِيَةِ وَالإِسْلاَمِ لأنَّ ذَلِكَ يُؤَدِّى إلَى إسْتِغْرَاقِ العُمْرِ, أوإنْدِفَاعِ نِقْمَةٍ كَنَجَاةٍ مِنْ هَدْمٍ او غَرْقٍ لللإِتِبَاعِ. رَوَاهُ ابن حِبَّانْ.
Artinya: Sujud syukur itu tidak masuk dalam rangkaian sesuatu salat. Sujud syukur itu disunnahkan karena kedatangan nikmat yang tiba-tiba, seperti kelahiran seorang anak atau mendapat harta, karena mengikuti sunnah. Abu Dawud telah meriwayatkan nya. Berbeda kenikmatan-kenikmatan yang terus menerus seperti kesejahteraan dan agama Islam. Karena hal itu akan mendatangkan penghabisan umur; atau karena tertolaknya bencana, seperti selamat dari kehancuran atau tenggelam, karena mengikuti sunna. Ibn Hibban telah meriwayatkannya.