018.Sabun Penganti Istaija




Pertanyaan:
Bolehkah debu untuk mensucikan najis diganti dengan sabun? 

Jawaban:
Sabun tidak dapat dijadikan pengganti debu untuk mensucikan najis mugholladzoh; sebab bersuci itu adalah termasuk ibadah murni (ibadah mahdlah) yang segala persoalan yang berkaitan dengannya adalah bersifat tauqifi (mengikuti petunjuk yang telah diberikan oleh Rasulullah saw).
 

Dasar pengambilan Kitab al Hawasyii Madaniyah juz 1 halaman 166: 

فَصْلٌ فِى إِزَالَةِ النَّجَاسَةِ: إذَا تَنَجَّسَ شَيْءٌ جَامِدٌ وَلَو نَفِيْسًا يُفْسِدُهُ التُّرَابُ بِمُلاَقَاةِ شَيْءٍ مِنْ كَلْبٍ او فَرْعِهِ وَلَو لِعَابَهُ مَعَ الرُّطُوبَةِ فِى احَدِهِمَا غُسِلَ سَبْعَا مَعَ مَزْجِ إحْدَهُنَّ سَوَاءٌ الأُوَلَى وَالأَخِرَةِ وَغَيْرُهُمَا بِالتُّرَابِ الطَّهُورِ. .. إلَى أنْ قَالَ: وَخَرَجَ بِهِ نَحْوُ صَبُونٍ وَسَحَاقَةُ خَزَفٍ.
Apabila sesuatu benda padat terkena najis – meskipun benda itu berharga- yang dapat rusak terkena debu, oleh sebab bersentuhan dengan sesuatu dari anjing atau keturunannya, meskipun jilatannya terdapat basah pada salah satu dari keduanya, maka harus dibasuh tujuh kali beserta campuran – salah satu dari ketujuh basuhan, baik yang pertama atau terakhir atau lainnya- dengan debu yang suci ... sampai pada ucapan mushonnif (pengarang): dan tidak termasuk debu, seumpama sabun dan pecahan genting (kereweng--Jawa) yang ditumbuk halus.