Dalam sebuah jamaah shalat Jumat, para makmumnya adalah penganut madzhab Syafii, sedang khatibnya tidak bermadzhab atau bermadzhab Hanafi. Sahkah jumatannya?
Jawaban
Jika makmum mengetahui bahwa imamnya telah mengerjakan apa-apa yang wajib dilakukan dalam shalat Jum’at menurut makmum, maka Jum’atannya sah. Demikiian pula jika makmum tidak mengetahui imamnya telah melakukan hal-hal yang membatalkan shalat.
Dasar pengambilan:
Kitab Ghoyatu Talkhisil Murad, Ibnu Ziyad, Hamisy Bughyatul Mustarsyidin, Mesir, Musthofa Al Babil Al Halabi, t..t., hal. 99:
مَسْئَلَةٌ : تَصِحُّ الْقُدْوَةُ بِالْمُخَالِفِِ إِذَا عَلِمَ الْمَأْمُوْمُ إِتْيَانَهُ بِمَا يَجِبُ عِنْدَهُ ، وَكَذَا إِنْ جَهِلَ .
"Masalah: Sah makmum dengan orang yang berbeda madzhab jika makmum mengetahui imam melakukan apa-apa yang wajib menurut makmum; demikian pula jika makmum tidak mengetahui".
Kasyifatus Saja, Muhammad Nawawi Al Jawi, Syirkatul Ma’arif, Bandung, t.t. hal.84:
أَحَدُهَا أنْ لاَ يَعْلَمَ وَأَنْ لاَ يَظُنَّ ظَنًّا غَالِبًا بُطْلاَنَ صَلاَةَ إِمَامِهِِ بِحَدَثٍ أَوْ غَيْرِهِ، فَلاَ يَصِحُّ اقْتِدَاؤُهُ بٍمًنْ يَظُنُّ بُطْلاَنَ صَلاَتِهِ كَََشَافِعِيٍّ اِقْتَدَى بِحَنَفِِيٍّ مَسَّ فَرْجَهُ ...إِلَى أَنْ قَالَ : وَلَوْ عَلِمَ أَوْ ظَنَّ أَنَّ الإِمَامَ الْحَنَفِيَّ مَثَلاً تَرَكَ الْبَسْمَلَةَ بِأَنْ لَمْ يَسْكُتْ بَعْدَ الإِحْرَامِ بِقَدْرِهَا فَلاَ يَصِحُّ اقْتِدَاؤُهُ بِهِ .
"Salah satu dari sebelas syarat makmum adalah agar makmum tidak menge-tahui dan tidak menduga dengan dugaan yang kuat akan kebatalan dari shalat imam-nya sebab hadats atau lainnya. Maka tidak sah makmum dengan orang yang disang-ka batal shalatnya, seperti seseorang yang bermadzhab Syafi’i yang makmum dengan seseorang yang bermadzhab Hanafi yang menyentuh kemaluannya … sampai ucapan pengarang: Andaikata makmum mengetahui atau menyangka bahwa imam yang bermadzhab Hanafi misalnya, meninggalkan bacaan “basmalah” dengan cara tidak diam sesudah takbiratul ihram sekedar “basmalah”, maka tidak sah makmum dengan dia."